
Dalam temaram malam, ranting itu bergoyang . krak . perlahan , namun terus bergerak lemah .
Cahaya menerpanya tak cukup terang, hingga hanyya terlihat seperti bayangan bergerak – gerak .
Mereka yang kecil nyalinya meski mengira, itu adalah sesosok hantu yang berkelana di malam hari . Mereka, yang tidak bijaksana , yang hanya menduga atas persepsi yang salah .
Sesosok peri kecil disana .
Ia cantik, hingga aku pun demikian memujinya .
Tapi kebahagiaan tak tampak sedang bersemayam pada dirinya . Wajahnya putih bersih, namun kantung berwarna kelabu terpoles di bawah mata indahnya .
Tertawalah . Ia menangis . Tidak . Ia tak layak ditertawakan . Kasihanilah peri kecil itu dia yang terkolek lemah dengan air mata membasahi wajahnya. Hingga rasanya kupikir, ia pun lelah menangis .
Semakin pilu . Hingga perempuan tua di ujung jalan pun enggan memainkan melodi sembilu yang menyayat dari gesekan biolanya . Karena ini, tampak begitu menyedihkan . Burung kecil di atas dahan itu pun hanya mampu mengangguk anggukan kepalanya meski ia lapar dan meski sejumlah bij – bijian sangat mudah ia raih, kalau ia mau . Tapi ia tidak . Karena ia tau, laparnya tak sebanding dengan penderitaan sang peri .
Sayap peri itu kian pucat .
Kesempurnaan warna gradasi pelangi lah yang dahulu bertahta atasnya . Sekarang tidak . Ia begitu pudar dan pucat .
Tak ada satu warna pun yang begitu terasa pantas dilihat sebagai sebuah warna .
Oh tidak . Apakah belum cukup penderitaan sang peri dengan warna sayapnya yang telah lenyap ? Ternyata ia juga koyak . Bahkan tersangkut pada ranting tajam buatnya tetap terpaku disana . Dan ia tampak tetap berusaha keras melepaskan sayapnya .
Kurasa, ia punya semangat yang besar . Ia punya cahaya kehidupan, dan aku yakin, dia mampu menjaga cahaya itu tetap bersinar dalam sanubarinya .
Kukira itu cukup menderita . Tapi tidak .
Rintihan kecil, nyaris tak mampu terdengar dari sang peri terdengar begitu miris . Wajahnya lembut, Kulitnya tetap halus, tapi suaranya seperti penyihir wanita tua . Serak . Cukup aku tak kuat lagi .
Aku begitu kasihan . Teramat kasihan . Apa gerangan yang telah membuatnya begitu terpuruk ?? Aku tak mengerti . Kubantu lepaskan sayap pucat yang koyak itu dari pegangan tajam yang kian menahannya kuat .
Tapi aku tak tau . Aku tidak bisa membantu banyak . Karena aku tak mengerti .
Tapi peri kecil yang manis, terbanglah dengan sayapmu . kuyakin ia akan segera kuat dan warnanya pun akan segera kembali . Jaga cahaya hidupmu, dan tetaplah hidup dengan hidup yang sempurna ..
Peri itu terbang rendah, perlahan .. lalu jatuh . dan terbang lagi … meski masih rendah . kemudian meninggi … aura biru perak mengelilingi tubuhnya dan melesat tinggi . (so close)