aku adalah aku.....


Kata-kata yang tersusun mengalir deras dari jemari lentik,,,
seolah ingin bercerita pada dunia tentang banyak hal.
Berbagi cerita, berbagi tawa, berbagi rasa … membuat warna dunia begitu indah. Hingga pada satu titik, terdiam.
Tak ada kata-kata yang mengalir lagi,, seperti mata air yang kering.

Sunyi. Tak ada celoteh riang yang bersaing dengan nyanyian burung-burung.
Mata itu mati!
Seperti hatinya yang mati rasa. Bukan, bukan mati rasa tepatnya.
Tapi terlalu sakit karena terhempas! Hingga tak tahu lagi bagaimana mengurai rasa.

Kupandangi saja sekitar, dan kubiarkan alam bercerita pada dunia.
Biarkan, biarkan alam yang mengatakan semuanya.
Meski aku tahu rasa sakit itu, meski aku tahu bagaimana mengeja rasa itu … tapi aku lebih suka diam membisu karena tekadku bulat, membiarkan alam mengatakan pada dunia.

Menjaring Matahari

Apa yang tergenggam kini cuma harapan
sedang engkau masih di situ
terbuai irama mengasyikkan
dari rahang
kemunafikan
perlahan-lahan membunuhmu saat mentari
rakus membakar keazaman.

Waktu luntur di pegun jiwa
adalah angka yang berhenti memandangmu
kerana mereka telah lama menghilang
menjadi bintang menyeri malam
engkau masih terpaku di situ
di kamar pengabdian, menggigil,
memanggil-manggil nama yang enggan
menyapamu.

Hari ini, pada saat ini
kau harus bangun dengan kudratmu
pasti kau mampu menjaring matahari
atau membekukan kilau bintang
andai itu yang kau inginkan.