aku adalah aku.....


Bidadari yang Cantik Jelita


Mereka sangat cangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.

Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”

Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata:

Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat

Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)

Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.

Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: ”Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)

Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.

Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.

Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam

(Sumber Rujukan: Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin [Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu], karya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah)

Lingkaran Waktu Yang Tiada Berujung.


Betapa hebatnya waktu mengatur kita. Ketika lonceng jam
usai kerja berdering, tanpa diperintah segera kita berkemas.
Menyimpan kertas dan pensil dalam laci, lalu meninggalkannya
jauh-jauh. Seolah semua persoalan telah terpecahkan untuk
hari itu. Padahal masalah tetap terjaga selagi kita pejamkan
mata.

Namun, esok hari, ketika lonceng jam mulai kerja
berdentang, semua tumpukan masalah kita aduk, seolah ia
terlampau banyak tidur semalam. Perselisihan pun bolehlah
dilanjutkan kembali.
Ah, betapa hebatnya waktu menghibur kita. Betapa bergairahnya
waktu membangunkan kita.

Saat kita mengatur waktu, sesungguhnya kita pun mengatur
pikiran, emosi, dan perasaan kita. Karena waktu adalah
lingkaran dimana kehidupan kita berjalan, kita atur waktu
untuk mengatur kehidupan.

Kita rayakan sesuatu karena kita ciptakan hari besar. Kita
heningkan diri karena kita tegakkan kesyahduan. Dan, semua
itu kita rangkai dalam jalinan waktu. Maka, hanya mereka
yang tak kenal akan waktulah yang terjerat dalam persoalan
tiada berujung.

Kehidupan,,,


Suatu hari.. pernah kurenungi…
adakah seorang insan yang mengerti..
apakah arti kehidupan ini…

pernah kucari arti cinta sejati
namun yang kutemui barulah mimpi..
suatu mimpi kosong yang tak bertepi
apakah salah hati ini
ingin memiliki sebuah cinta sejati..

apakah arti sebuah persahabatan sejati
apakah itu juga sebuah mimpi.. ?
jika benar, apalah arti semua ini..
sudah banyak hari kujalani
waktu demi waktu…

semua seakan hanyalah ilusi..
ilusi yang tiada memiliki arti

namun akhirnya satu hal kusadari
hanya Dia yang sungguh mengerti,
tentang semua arti kehidupan ini..
kekosongan hati ini
tidak lagi diisi dengan benci..
tak ada yang lebih murni
dari kesucian cinta Ilahi
Cinta-Nya yang begitu Indah


Catatan Kehidupan.....
Semakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan pengalaman hidup
kita. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka
pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya. Usia membawanya pada kebajikan.
Sedangkan bagi mereka yang acuh, pengalaman tak lebih dari goresan di atas
pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya.

Meski kita sama-sama dinaungi oleh langit yang sama; meski kita sama-sama
diterangi oleh cahya matahari yang sama; meski kita sama-sama digelapi oleh
malam yang sama, namun kita tak pernah sama dalam mencerap semua itu. Kita
melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda. Kita melangkah di jalan
setapak dengan bobot yang berbeda.

Kita mengisi ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula.
Maka, meski kita lahir di bumi yang satu, namun kita hidup di dunia yang
berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap
orang. Keunikan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi
kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita
semakin bijak bestari.

----,,-----

Sepuluh tahun kebelakang makna hidup untuk saya hanya 2 jenis, sedih dan senang. Secara warna saya hanya mengenal hitam, putih dan abu-abu.
Hitam untuk saat saya bersedih, putih untuk saat saya sedang bersuka cita dan abu-abu untuk saat saya sedang berada diantaranya atau sedang mengalami hitam dan putih sekaligus.

Fast forward ke dua tahun kebelakang warna-warna mulai bertambah, saya mengenal beberapa rasa lagi yang baru bisa saya mengerti maknanya, beberapa diantaranya adalah putus asa dan bersyukur.
Menyenangkan sekali rupanya, setelah saya tahu rasanya putus asa saya belajar tentang rasa untuk pasrah dan percaya terhadap keajaiban. Setelah itu banyak lagi hal-hal dalam hidup yang ternyata membuat saya sadar bahwa ternyata hidup itu tidaklah hanya hitam, putih dan abu-abu.

Fast forward lagi menuju masa sekarang, saya belajar untuk menerima bahwa hidup itu terdiri dari rangkaian warna pelangi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Damai, keajaiban, bersyukur, berpasrah diri, berbagi, tertawa, menangis dan memaafkan.

Semua adalah turunan dari senang dan sedih. Semua adalah variasi yang membuat kita harus menyadari bahwa proses pendewasaan itu ternyata lebih sulit dari yang kita bayangkan, namun perjalanan menuju dewasa itulah yang mewarnai setiap sudut dari kehidupan kita. Karena proses pendewasaan tidak pernah akan berhenti.